Sebagai destinasi Wisata Kalsel, Kota Banjarbaru bisa dibilang sebagai kota yang tidak beruntung dibandingkan daerah lain di Kalsel. Bagi para pecinta (pe) gunung (an), pantai dan air terjun, Banjarbaru tidak menyajikan hal tersebut. Kecuali anda ingin melihat langsung proses pendulangan intan secara tradisional atau ingin mengetahui lokasi sejarah penemuan intan yang beratnya 166,75 karat – oleh Presiden Soekarno kemudian diberi nama intan Trisakti – maka datang saja ke Banjarbaru.
Untuk menuju lokasi wisata pendulangan intan Cempaka bisa menggunakan transportasi darat yang berjarak 7 Km dari pusat Kota Banjarbaru. Untuk terminal angkutan umum jurusan Cempaka berada di simpang empat Banjarbaru. Bilang saja ke sopir angkot turun di pendulangan intan Desa Pumpung. Jangan takut bertanya agar tidak tersesat di jalan. (lebih…)
BARU BALIK mengikuti FGD Camp 2012 yang dilaksanakan ICT Watch, dua postingan sudah saya serahkan di blog komunitas Kayuhbaimbai. Sekarang, giliran menjatah blog ini. Dalam Sesi Focus Group Discussion (FGD), saat masing-masing group mempresentasikan hasil kerjanya, salah satu kelompok sempat menyampaikan bahwa (maaf kalau salah, saya coba mengembangkannya kembali sesuai penafsiran saya) – bahwa tingginya kecenderungan blogger untuk mendapat jatah iklan dari berbagai vendor, baik secara langsung atau melalui layanan advertiser (pihak ketiga), membuat blogger tidak lagi memerhatikan kualitas konten.
Saya menerima analisa tersebut fifty-fifty. Pikiran tersebut muncul dari sebuah pertanyaan yang saya sendiripun ragu-ragu mengutarakannya. Bukankah saat ini media mainstream sedang ‘perang’ informasi. Artinya, mereka para pemilik media berusaha sebaik mungkin untuk memperjuangkan kualitas konten agar mendapatkan rating yang bagus. Rating bagus berbanding lurus dengan jumlah iklan di dapat. Lantas kenapa blog yang tidak mementingkan kualitas konten justru mendapat iklan? Hayo kenapa? (lebih…)
Pertama-tama saya ingin mengabarkan kepada Anda semua bahwa telah terbit novel berjudul ‘MINGGURAYA’ karya Rico Hasyim diterbitkan oleh mingguraya PRESS, Juli 2011. Bagi warga Banjarbaru khususnya, Kalsel pada umumnya pastilah sudah tahu apa itu Mingguraya.
Bagi yang belum tahu, Mingguraya merupakan Pusat Jajanan Selera Rakyat (pujasera) yang terletak di kota Banjarbaru. Persisnya di samping lapangan Dr. Murjani. Kok nama pujasera dijadikan judul sebuah novel? Iseng banget kayaknya si Rico Hasyim itu! Hehehe… (lebih…)
Seringnya listrik padam membuat emosiku terlatih, kawan. Tidak lagi ngomel jika pekerjaan di komputer belum tersimpan. Tidak perlu ngambek saat bola yang baru saja ditendang keras ke arah gawang mendadak hilang dari layar televisi. Tidak perlu ada teriakan, kemarahan, apalagi anarkis menendang pintu kamar. Bukankah untuk menjadi warga negara yang manis kita harus pandai menggigit jari manis? (lebih…)
Bagi saya, mencatat sesuatu yang lampau memerlukan ingatan yang rapi. Tapi ini hanya sepenggal ingatan yang kusut tentang MGR. MGR adalah komunitas yang berdiri sejak 10 Juli 1978 lalu di Banjarbaru. Itu artinya, saat MGR berdiri, saya belum lahir.
Mencatat MGR sebagai komunitas tak bisa meninggalkan nama Dewa Pahuluan selaku presidennya. Saya punya tafsir sendiri kenapa Dewa Pahuluan menggunakan istilah presiden MGR. Jika sebutan Dewa itu lebih dekat dengan hal-hal di langit atas sana, maka presiden itu urusannya di bumi. Jika digabungkan, inilah catatan kusut tentang seorang Dewa yang turun ke bumi dan membangun istana bernama MGR. (lebih…)
BARANGKALI aruh sastra kembali asyik diperbincangkan, khususnya oleh para pelaku, penikmat dan pemerhati sastra di Kalsel. Lewat tulisan ini, saya nekat untuk menebak-nebak perbincangan apa saja yang sedang terjadi. O, ya. Namanya tebak-tebakan, maka tak menjamin kebenarannya.
Pertama, seputar agenda lomba Aruh Sastra. Saya yakin, lebih dari 500 orang saat ini di Kalsel sedang berdarah-darah menyiapkan naskah untuk diikutkan dalam agenda lomba Aruh Sastra. Entah itu berupa cerpen, puisi, cerita rakyat, atau sibuk latihan untuk lomba gelar sastra. Nah, pentingkah mengikuti lomba ini? Kita teruskan saja ke pertanyaan berikutnya. Andai tidak ada agenda lomba, apa yang terjadi dengan Aruh Sastra? Pertanyaan di atas tidak perlu buru-buru dicarikan jawabannya. Barangkali saya pun tak perlu menjawabnya pula. (lebih…)
Akhir-akhir ini Dinas Pendidikan di setiap tempat tampaknya sedang sibuk mempersiapkan agenda Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FL2SN). Kesibukan ini tentunya juga dirasakan pihak-pihak sekolah yang mengikutsertakan anak didiknya untuk berkompetisi. Tak kalah sibuknya lagi adalah si anak didik yang harus giat berlatih agar meraih kemenangan. Menang artinya mewakili Kalsel untuk berkompetisi di ajang FLS2N tingkat nasional pada 19–25 Juni mendatang di Makassar, Sulawesi Selatan. (lebih…)
Jika bertanya kepada teknologi, perubahan apa yang dibawanya pada hari ini terhadap dunia percetakan buku? Maka jawabnya adalah Print On Demand (POD). 5 tahun lalu, seorang praktisi perbukuan, Bambang Trim menjelaskan lewat smsnya kepada saya bahwa teknologi POD itu masih mahal. Meski demikian, kehadiran teknologi POD bisa membantu para penulis buku. (lebih…)
Seorang kawan menanyakan apakah saya akan menghadiri agenda Temu Sastrawan Indonesia (TSI) IV di Ternate, 25-29 Oktober 2011 mendatang? Saya jawab, tidak. Teman saya itu lantas menganjurkan agar saya harus pergi ke Ternate, sekalipun momennya tidak saat TSI. “Kau harus menjejakkan kakimu ke sana. Setelahnya kau akan tahu bahwa Indonesia itu sangat indah,” kata kawan saya terkesan promosi. Itulah alasan kenapa dulu Portugis menjadikan Ternate sebagai tujuan utama mereka. Apalagi kalau bukan karena indahnya itu!” sambungnya dan kali ini ia sudah benar-benar seperti agen wisata saja. (lebih…)
Sudah lama tidak berkunjung ke perpustakaan Banjarbaru. Adakah yang berubah atau sesuatu yang nantinya membuat saya akan lebih sering ke sana?
Kemarin (12/02/2011), Randu Alamsyah pengarang novel Jazirah Cinta sekaligus Redaktur Buku dan Sastra Radar Banjarmasin mengingatkan tentang janji sehari sebelumnya. Ya, ada janji kami akan berkunjung ke perpustakaan yang lengkapnya kini bernama Kantor Perpustakaan dan Arsip Daaerah (Pustarda) kota Banjarbaru. (lebih…)
Sinetron Si Palui cilik yang merupakan produksi lokal rencananya akan dilaunching 1 Mei di Duta TV. Produksi ini merupakan sinetron lokal masyarakat Banjarmasin.
Mengangkat Palui ke dalam sinetron merupakan kerja kreatif. Orang banjar tentu mengenal tokoh Palui. Kalau ada jargon belum ke Jakarta kalau tak singgah ke Monas, mungkin dalam kasus Palui ini bisa dijargonkan juga. Bukan orang Banjar kalau tak tahu kisah Palui. Hehehe…sarah buhan pian ja dah…
Dari tulisan ke Tontonan
Jikalau tak salah, sejarah Palui pertama kali ditulis oleh salah seorang pendiri harian Banjarmasin Post, Yustan Azidin. Lambat laun, kisah Palui bisa dikatakan telah menjadi icon untuk harian tersebut. Bukan BPost kalau tak ada cerita si Palui. Nah, jika kemudin si Palui masuk dalam program televisi, akankah nasib Palui bisa sama? (lebih…)
Saya bingung memilih kata untuk mengibaratkan kota tempat tinggal saya sekarang. Terkadang saya menyebut Banjarbaru itu seksi. Kadang-kadang saya cukup mengatakan Banjarbaru itu cantik. Sekarang, tiba-tiba saja melintas dalam benak ingin menyebut Banjarbaru itu maskulin. Besok, jangan-jangan saya punya sebutan lain dari yang sekarang. Sungguh, ini pun membingungkan.
Ataukah ini hanya rasa bangga yang berlebih terhadap kota Banjarbaru – kota tempat saya menghabiskan banyak waktu mulai kecil hingga sekarang ini masih ‘kecil’. Entahlah. Tapi mari kita dekati dengan jujur. Caranya sederhana, lihat – dekati – dan rasakan. (lebih…)
"Mencoba Mengumpulkan Yang Berserak, Karena Ide Tak Sekedar Dalam Pikiran. Melainkan Lewat Tulisan!! “Semua harus ditulis. Apa pun jangan takut tidak dibaca atau diterima penerbit. Yang penting tulis, tulis, tulis dan tulis. Suatu saat pasti berguna"Pramoedya Ananta Toer"
Komentar Tulisan