Tentang Peminta Sumbangan

28 Juli, 2012 at 1:17 pm 3 komentar


Dalam satu minggu, entah berapa banyak para peminta sumbangan datang ke rumah-rumah. Termasuk rumah saya. Mereka datang membawa alasan masing-masing. Mulai pembangunan mushola, masjid, yatim piatu dan lain-lain. Kadangkala, ada rasa sebal karena mereka rutin dan berulang-ulang melakukan hal tersebut. Dilain waktu, ada rasa iba menyelinap. Bagaimana dengan kamu?

Jika dipikirkan secara positif, orang yang meminta-minta berarti sedang dalam keadaan kekurangan. Kalau meminta atas nama pembangunan masjid, berati masjid tersebut butuh sokongan dana agar pembangunannya bisa selesai.

Masalah muncul kemudian, benarkah mereka, para peminta sumbangan yang umumnya tak kita kenal itu jujur? Bukan untuk dirinya sendiri?

Saya pribadi sering mengalami kesulitan menganalisa kejujuran mereka. Lembar kertas yang mereka bawa tampak meyakinkan. Ada stempel, dibubuhi tanda tangan juga alamat lengkap. Tapi saya tidak tahu apakah masjid, mushola, rumah yatim itu benar keberadaannya? Para peminta-minta itu tidak mencatut nama atau fiktif belaka?

Kaitannya diatas, bagaimana seharusnya bersikap?

Lewat tulisan ini bukan berarti saya tak pernah acuh, marah, dan protes kepada para peminta sumbangan. Saya menempatkan posisi mereka berbeda dengan pengemis.

Kalau pengemis, ketidakjujuran mereka yang perlu diragukan; apakah benar mereka miskin sampai tidak bisa membeli makanan? Ataukah mereka sebenarnya hanya pemalas?

Kalau dengan pengemis, saya cukup mengandalkan rasa iba dan logika. Saya tidak akan mengajarkan kepada pengemis bahwa pekerjaan itu layak dibanggakan dengan cara memberi mereka uang, bagi yang sehat fisik khususnya. Tapi jika sudah uzur, cacat fisik yang bukan dibuat-buat, rasa ibalah yang memberikannya.

Dari sederet pengalaman tersebut, akhirnya saya coba untuk membedakan antara pengemis yang kepentingannya untuk diri sendiri dengan peminta sumbangan atas nama rumah ibadah dan lain-lain.

Manusia dengan dirinya sendiri

Saya akan tidak peduli apakah para peminta sumbangan itu berdusta atau tidak. Saya meyakini di dalam rejeki yang saya peroleh ada hak orang lain. Saran saya, kalau ingin memberi kepada para peminta sumbangan yang datang ke rumah, beri alakadarnya saja. Kalau mau nyumbang banyak, datang langsung aja ke masjid, mushola, rumah panti yang sudah pasti memerlukan uluran tangan.

Manusia satu dengan manusia lainnya

Tak perlu ngomel, ngedumel apalagi marah-marah kalau berencana tidak ingin memberi sumbangan. Bagaimanapun, mereka juga manusia seperti kita, diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi keberadaannya di dunia ini. Saya memilih menolak dengan cara lembut. Cara itu akan tidak meninggalkan kesan muram, buruk dan kebencian di hati manusia yang kita hadapi. Kalau itu terjadi lalu ia berdoa kejelekan untuk kita, bisa bahayakan?

Nah, itu tadi cuma pemikiran saya saja. Mungkin kamu ada pemikiran lain?

 

 

 

Entry filed under: Ulasan. Tags: .

Perilaku Pengiklan di Blog Polanya Sama, Mainstream Teman Ngeblog

3 Komentar Add your own

  • 1. MT  |  4 Agustus, 2012 pukul 10:40 am

    Memberi dengan tulus akan melegakan kita. Setuju dg sikap kamu. Kita mmg tak bisa meneliti kebenaran mereka. Itulah uniknya: kita harus tetap memberi di tengah keraguan krn telah banyak bukti pengemis karier dan petugas fiktif.
    Senang, tulisan ini Senada dg sebuah tulisan di blogku.

    Balas
  • 2. Jefry  |  11 Desember, 2012 pukul 1:55 pm

    Pernah ada peminta sumbangan yang datang kerumah saya, saya beri uang 2000an mereka menolak, katanya 2000 tidak bisa untuk apa2 dan minimal yang harus disumbangkan untuk bisa membantu anak yatim harus 10rb. Lantas kesal dan belum tentu nanti benar2 akan tersalurkan bagi anak yatim jadinya saya tidak memberi sepersen pun..
    nice share

    Balas
  • 3. AS  |  8 Juli, 2014 pukul 6:36 am

    Saya perna menolak permintaan seseorang peminta sumbangan, beliau ngakuh sebagai ketua dari sebuah yayasan org cacat. trus saya baca proposalnya dan disitu di tuliskan di salah satu daerah di pulau Jawa, beliau meminta di daera saya di Pulau Belitung (timbul kecurigaan dlm hati saya).
    beliau pun dalam keadaan cacat.. dalam hati saya timbul rasa ibah terhadap orang itu, namun ditolak oleh logika saya yg mengatakan “org ini kok dari daerah yg jauh kok minta sumbangannya kedaera saya” lalu saya berkata ” maaf pak saya tidak bisa mengasih sumbangan, saya tidak yakin dengan proposal yg bapak bawah”. trus bapak itu berkata ” ini benaran, ini juga ada tanda tangan mentri( saya tidak tau mentri apa itu), dan tanda tangan kepala desa, lengkap dgn stampelnya” saya berkata” maaf pak” kemudian dia berkata “klo tidak percaya silakan bicara sama pak mentri saya punya no hpnya ( sambil menyodorkan hpnya kepada saya). trus saya berkata ” maaf pak saya tidak bisa ngasih” trus bapak itu berkata ” klo tidak mau ngasih yah gak papa pak, tapi jangan berkata tidak yakin begitu (dengan nada bicara kecewa dan kesal terhadap saya)”. trus bapak itu pergi dengan motornya dengan wajah seperti kecewa dan marah…

    alasan kenapa saya tidak ngasih:
    1. saya tidak yakin kalau beliau benar peminta sumbangan asli dari sebuah yayasan.
    2. saya tidak kenal org itu dan sepertinya beliau paham bahasa daerah saya ( kecurigaan saya), logikanya org luarkan butuh waktu lama utk memahami bahasa daerah lain.
    3. jika dia sebagai ketua yayasan dari daerah Jawa kenapa repot mintanya sampai ke Belitung kan butuh Biaya juga.
    4. Melihat beliau kesal, menurut saya itu bukab sikap baik sebagai seorang yg meminta pertolongan.
    5. (keegoisan) saya tidak mau seperti orang bodoh yang mudah di tipu dengan cara klasik. walaupun beliau belum terbukti seorang penipu.

    Namun saya mendapat pelajaran berarti dari apa yg saya lakuan dan anda katakan di “MANUSIA DENGAN DIRINYA SENDIRI”

    entah ada hubungan atau tidak beberapa waktu yg lalu sekitar 1bln sesudah kejadian ini, saya mengalami sebuah kecelakan bermotor dan Alhamdullillah secara fisik masih di lindungi Allah.. namun untuk membiayai kerusakan motor, saya menguras lebih dari 5jt rupiah.
    dan saat ini saya masih menyesal kenapa waktu itu saya tidak mengasih alakadarnya saja terlepas itu benar atau pun tidak.

    dan sekarang saya masih cemas dan meminta pengampunan Allah atas apa yg saya lakukan..

    semoga ini membantu pembaca berikutnya..

    Balas

Tinggalkan pesan sesuai konteksnya:

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Blogger Nusantara Blogpreneur Indonesia

Kata Bijak Selamanya

"Mencoba Mengumpulkan Yang Berserak, Karena Ide Tak Sekedar Dalam Pikiran. Melainkan Lewat Tulisan!! “Semua harus ditulis. Apa pun jangan takut tidak dibaca atau diterima penerbit. Yang penting tulis, tulis, tulis dan tulis. Suatu saat pasti berguna"Pramoedya Ananta Toer"

Arsip

Kategori

Statistik:

  • 300.465 Kali Mendapat Kunjungan
Blogger Nusantara Blogpreneur Indonesia

RSS Berita Banjar

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.