Sajak-Sajak
13 November, 2007 at 12:29 pm hariesaja Tinggalkan komentar
IMAM
Ijinkan aku menjadi imam
Dalam bangunan rumah mukenamu
Ditumbuhi anak-anak kecil
Petak umpat di halaman sajadah
Canda ria hening sujud kita
Lalu usai salam kau mencium tangan
Selalu ada untuk sapa mereka
Seperti cara kau lantunkan ayat suci
Di pertengahan malam
“Lihatlah cara ayah ibumu berdoa kepada Tuhan.”
Banjarbaru (11 Januari 2005)
TANAH HUMA
Senja dan pagi lingkar selatan
Orang-orang menanam perjanjian musim;
Tersenyum kabar
Serumpun padi usia segar
Kita takjub menuai waktu, teduh menjaring sinar
Dari angin yang membawa kita ke timur
Tapi; tanah huma yang kita tuju
Telah hangus terbakar
Hanya asap yang menelanku sesak
Bila kembali melintasi jalan itu
Banjarbaru (10 September 2004)
BELAJAR MENCINTAIMU
Biarkan syair ini terbang lepas tangkap
Ditemu pedih lalu perih
Putaran bab ruji roda
Runcing setajam kata sungguh
Walau menikam usia waktu
Tetap aku belajar utuh mencintaimu
Banjarbaru (Januari 2005)
BAPAKKU ADALAH PETANI
Apa yang lebih indah dari matanya
Selain petak sawah, hujan
Adalah tubuhnya yang
Berendam di lumpur
Kemudian kau berteduh
Menatap jejakmu yang tak lagi utuh
Kau kembali sisiri jalan mencari
Tapi tak kau temui
Dan…
Dalam basah
Kau angkut lumpur ke dalam kamarmu
Hingga tertidur lelah
(Yogyakarta, 24 Nopember 2004)
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed